Kamis, 01 Mei 2014

Cinta Emang Bego... Bener, Gak Boong....


Judul: Cinta Emang Bego
Penulis: Nikma. TS
Genre: teenlit, komedi
Penerbit: Moka Media
Halaman: 180 halaman

Sinopsis:

Kuberi tahu kamu soal Febri, cowok yang gantengnya bisa bikin artis Korea langsung ingin operasi plastik lagi. Aku tergila-gila padanya. Peduli setan sohibku naksir dia. Aku nggak peduli status gebetanku di sekolah, nggak peduli mamaku mencak-mencak, nggak peduli brownies buatanku hangus demi cinta. Bahkan ketika gebetanku diam-diam punya rahasia, aku juga nggak peduli.

Kamu pikir cintaku bego? Emang!

Kamu baru tahu?




My Review:

Tiga bintang, bulet. Iya, aku sendiri nggak menyangka bakal menyukai buku ini. Biasanya aku agak malas baca buku komedi, dan jujur aja di awal-awal aku merasa Lintang lebay banget dan ababil. Terus aku lantas berpikir... Lintang masih ABG, lagi jatuh cinta, dan memang labil. Jadi wajar kalau gaya penceritaannya pun labil seperti itu. Haha... aku pun segera memposisikan diriku sebagai seorang Orin yang masih SMA, pakai serangam putih abu-abu, dan mengingat masa-masa ketika aku suka sama cowok ganteng serta bersedia melakukan hal-hal bodoh hanya untuk mendapat secuil perhatian dari gebetan.

Sampai sekarang masih suka cowok ganteng, kok....


Dulu, pertama kalinya aku jatuh cinta sama cowok itu waktu kelas 3 SMP. Naksir sama cowok yang udah SMA gara-gara ret-ret 2 hari 3 malam yang penuh kenangan (halah). Kalau inget itu rasanya aku mau masukkin kepala ke lubang kayak burung unta. Serius. Saking sukanya sama cowok itu, hampir tiap hari aku bela-belain nelpon dia minimal 1 jam. Nggak cuma itu, aku bahkan nulis surat segala dan maksa minta sopir nganterin ke rumahnya. Muahahahaha....

Lupakan... itu kisah labil seorang Orin di masa silam.

Untung aja, cowok yang kutaksir nggak separah Febri. Meski mungkin secara fisik si Febri lebih ganteng daripada gebetanku itu. Tapi setidaknya aku lebih beruntung karena pada akhirnya gebetan itu jadi pacarku. I win, Lintang!! Yeee~

Cerita di buku ini punya pesan moral yang oke banget buat para remaja yang masih gampang banget suka sama lawan jenis berdasarkan fisik. Jangan menilai seseorang dari luarnya. Tampang boleh ganteng, kelihatan seperti orang baik-baik, tapi belum tentu hatinya juga baik. Bukan berarti orang jelek lantas punya hati emas, ya. Dunia ini seimbang. Ada yang jelek tapi jahat, ada yang jelek tapi baik, ada juga yang ganteng dan baik (beruntung banget yang dapet model kayak gini, nih), paling apes dapet yang ganteng tapi jahat. Kenapa paling apes? Karena kebanyakan dengan tampang ganteng itu cewek-cewek lebih gampang dibego-begoin. Serius.

Pesan kedua buku ini adalah jangan nyari jodoh kejauhan. Kadang-kadang orang yang tepat untuk kamu justru ada tepat di sampingmu.

Nah, sekarang kita bahas kekurangan atau kejanggalan dari buku ini.

Hal 5 - "Ayo kita ruang Bu Mutia," katanya. <<--- kurang 'ke'
Hal 38 - Mungkin maksudnya ngelucu, tapi adegan Lintang mengusir penumpang angkot di bangku depan biar pindah ke belakang itu buatku terasa sangat aneh. Apa boleh seperti itu? Apalagi penumpang tersebut lagi tidur. Nggak sopan, Tang... bisa-bisa kamu dimaki-maki, loh.
Hal 40 - typo lenggang. Seharusnya lengang.
Hal 62 - Ini salah satu adegan lain yang bikin aku mengerutkan kening. Lintang dengan seenaknya memaksa ibunya supaya Febri dibolehin ngekos di paviliun kecil yang ada di rumahnya dengan kondisi udah ada Faundra yang menempati paviliun itu. Dan tanpa seijin Faundra pula, Febri ditempatkan satu kamar. Lagi-lagi buatku nggak masuk akal. Namanya orang kos, otomatis kamar itu udah jadi miliknya selama dia bayar. Kalau aku jadi Faundra dan tiba-tiba ibu kos masukin orang asing ke kamarku, aku pasti langsung ngamuk.
Hal 105 - typo flat. Harusnya plat.

Ada beberapa typo lain, tapi aku nggak sempat mencatat.

Sekali lagi, terima kasih buat Mbak Dyah Rinni yang udah mengirimkan buku ini buat aku review. Jangan kapok, ya Mbak. Hehehe....


XOXO,


1 komentar:

kayanya seru tuh,,jadi penasaran

Posting Komentar