Selasa, 06 Januari 2015

Let the Sky Fall by Shannon Messenger


Judul: Let the Sky Fall
Penulis: Shannon Messenger
Genre: Fantasi, Romance, YA
Penerbit: MIC Publishing
Edisi: Bahasa Indonesia, Paperback, 378 halaman

Sinopsis:
Dihancurkan oleh masa lalu. Dipisahkan oleh masa depan. Disatukan oleh cinta.

Vane Weston tak tahu bagaimana ia selamat dari tornado kategori lima yang menewaskan orangtuanya. Dan ia tak menyangka, gadis cantik berambut gelap yang merasuki mimpi-mimpinya setiap malam semenjak badai, ternyata benar-benar ada.

Audra seorang sylph yang menguasai elemen udara. Ia meniti angin, mengubahnya menjadi lagu-lagu yang membuai, bahkan menganyamnya menjadi senjata dengan seuntai perintah. Ia adalah pelindung Vane dan telah bersumpah menjaga keselamatan Vane, meski nyawa menjadi taruhannya.

Ketika sebuah kesalahan gegabah mengungkap lokasi mereka pada musuh yang membunuh keluarga mereka berdua, Audra terpaksa menolong Vane mengingat kembali jati dirinya. Ada kekuatan yang harus diklaimnya – bahasa rahasia Angin Barat yang hanya bisa dimengerti oleh pemuda itu. Namun, dengan terkuaknya pusaka itu, kenangan kelam yang Audra sembunyikan selama ini, juga akan terkuak. Dan bahaya terbesar yang mereka hadapi bukanlah musuh yang hendak membinasakan mereka, melainkan cinta terlarang yang mulai tumbuh di antara mereka berdua.

Review:
Sebenarnya, aku sudah lama tahu tentang buku ini sebelum MIC Publishing menerbitkan versi terjemahannya. Ebooknya bahkan sudah lama sekali nongkrong di folder laptopku, menunggu entah kapan dibaca. Waktu buku ini terbit, dengan sampul cantik yang sama dengan aslinya, jelas aku sangat tergoda untuk membeli buku ini saat melihatnya di toko buku. Tapi aneh, tiap kali aku ke toko buku, berkali-kali buku ini aku pegang, berkali-kali pula aku taruh kembali di tempatnya. Mungkin karena merasa aku sudah punya ebook, jadi lebih baik baca yang itu aja.

Ternyata, alasannya karena aku bakalan dapat buku ini gratis dari editornya; Mbak Sari Rachmatika! Ditawarkan untuk mereview buku ini, tentu saja aku nggak menolak. Apalagi setelah mendengar banyak hal bagus tentang ceritanya.

Nah, jadi pada awalnya, aku agak bingung baca buku ini. Bukan karena terjemahannya, lho. Tapi karena cerita yang mengangkat tokoh SYLPH alias manusia angin itu masih asing buatku. Yang lagi ramai di pasaran, kan, cerita-cerita tentang vampir, demigod, malaikat, pemburu bayangan, penyihir, dan peri-peri. Jadi cerita tentang sylph ini seperti penyegaran. Sesuatu yang baru, yang perlu dicerna dan dipelajari. Bedanya dengan pelajaran sekolah, mempelajari sylph di buku ini menyenangkan dan seru. Ditambah lagi dua tokoh utamanya sangat mudah disukai.

Vane Weston, tokoh utama cowok di buku ini, adalah seorang remaja yang sangat manusiawi sekali. Pola pikirnya, caranya bicara, sampai caranya menyindir seringkali bikin aku ngakak. Apalagi kalau sudah mikirin Audra. Aduh! Kayak gini harusnya cowok itu! Kayak apa? Baca aja bukunya. Aku nggak mau spoiler meskipun jari ini udah gatal mau ngetikin semua pikiran Vane itu.

Robbie Wadge as Vane Weston

Audra, si gadis angin yang misterius. Selalu muncul dalam mimpi-mimpi Vane sejak cowok itu masih kecil. Siapa sebenarnya Audra? Kenapa Audra selalu ada di pikirannya? Kenapa Audra tiba-tiba muncul di hadapan Vane dan mengacaukan kencannya dengan Hannah? Audra ini dalam bayanganku seperti gabungan Katniss dari Hunger Games dan June dari Legend. Cewek kuat yang berkemauan keras. Tapi Audra punya masa lalu yang sangat pahit, yang terus mengejarnya sampai ia besar. 

Sandrine Pinna as Audra
Nggak tau kenapa karena Audra adalah kaum Easterly/ Angin Timur,
di bayanganku dia ada darah Asianya. Hehe...

Ah, aku suka banget sama chemistry Vane dan Audra! Mereka manis pake banget! Sempet geregetan sama Audra karena keras kepala banget, padahal kalau aku yang jadi Audra, aku pasti udah menyerah sama godaan Vane (Iya, makanya kamu bukan Audra, Rin...). Tapi, Audra juga punya alasan yang sangat bagus buat berlaku seperti itu.

Baca buku ini rasanya benar-benar seperti diselimuti angin dan badai. Kadang lembut, kadang hangat, kadang dingin dan menakutkan. Terus, aku jadi pengin merasakan punya kekuatan angin kayak mereka. Setidaknya buat terbang-terbang gitu. Hahaha!

Dan endingnya... kejutan besar yang bikin aku terperangah. Sama sekali nggak nyangka ternyata seperti itu kebenarannya. Terus jadi nggak sabar mau baca buku lanjutannya karena perang-perangan antara Laskar Gale dan Penguasa Badai Raiden belum terjadi di buku ini!

Buat kalian yang belum baca, atau belum beli buku ini karena ragu... segeralah beli dan nikmati petualangan seru di dalam badai bersama Vane dan Audra!



XOXO,

2 komentar:

Wah masukin wishlist aaah~

Posting Komentar